Minggu, 12 Mei 2013

Analisis Stilistika (gaya bahasa) puisi Dalam Doaku karya Sapardi Djoko Damono [analisis]


 Dalam Doaku

dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman
tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam
doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,
yang tak henti-hentinya mengajukan
pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau
entah dari mana

dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja
yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang
hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu,
yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap
di dahan pohon mangga itu

maghrib ini di dalam doaku
 kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana,
bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu,
dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di
rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang
dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang
entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia,
yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai
mendoakan keselamatanmu
1989


(analisis yang terinspirasi dari kamu sejukku. Kau selalu didalam doaku)


Analisis Stilistika (gaya bahasa) puisi Dalam Doaku karya Sapardi Djoko Damono

Bela Yusti Suryani | K-PBSI 2012 | Universitas negeri Yogyakarta

Unsur Leksikal dalam puisi “Dalam Doaku”:
1.      Pilihan Kata
2.      Jenis Kata
3.      Bunyi

A.    Pilihan  Kata
Pilihan kata yang terdapat dalam puisi “Dalam Doaku” karya Sapardi Djoko Damaono meliputi:
·         Kata-kata yang digunakan sebagian besar merupakan kata-kata yang sederhana dan sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga jika dilihat kata per kata kita mengerti maknanya.
·         Hanya ada beberapa kata saja yang sulit atau jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam puisi ini yaitu penggunaan kata muskil, mendesau, nun, bersijingkat, dan bersitahan.
Sapardi lebih memilih kata muskil untuk menunjukkan sesuatu yang sukar, sulit, maupun pelik;
Menurut KBBI offline desau berarti suara dedaunan yang tertimpa gerimis atau hujan.Sapardi memilih kata mendesau untuk menggambarkan suara yang angin yang berhembus perlahan namun memiliki suara seperti dedaunan yang tertimpa hujan.
Nun digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang jauh disana dan digunakan oleh Sapardi untuk menunjuk dan mempertegas pada hal yang benar-benar jauh darinya. Kata itu terdapat  pada baris “Kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana”.
Kata bersijingkat tidak ada dalam KBBI. Yang ada adalah ‘berjingkat’ dengan kata dasar ‘jingkat’ yang berarti berjalan dengan ujung jari kaki. Akan tetapi disini Sapardi memberikan sisipan ‘si’ didalamnya untuk memberikan efek estetis pada bunyi yang akan dihasilkan kata tersebut.
Bersitahan sama halnya dengan bersijingkat, yang ada dalam kamus adalah ‘bertahan’ dengan kata dasar tahan yang berarti tetap pada tempatnya atau tidak beranjak. Oleh Sapardi kata ini juga diberi sisipan ‘si’ dengan maksud memperindah bunyi.
·         Dalam puisi ini Sapardi menggunakan kata-kata yang menggambarkan waktu dan hadir hampir disemua baitnya. Kata-kata tersebut adalah subuh, sore, maghrib, dan malam. Sedangkan untuk siang Sapardi tidak langsung menunjuknya dengan kata siang melainkan melalui sebuah baris yang berbunyi ‘ketika matahari mengambang tenang diatas kepala’. Kalimat tersebut merujuk pada waktu matahari sedang tepat diatas kepala kita dan itu adalah siang hari.
·         Selain itu banyak dipakai kata-kata yang berkaitan dengan alam dan kata-kata yang memberikan efek meditasi atau efek perenungan seperti: langit, cahaya, malam, matahari, angin, gerimis,
·         Kata-kata benda sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari: suara-suara, bulu bunga jambu, pucuk-pucuk cemara, ranting, pohin mangga, jendela, pintu, pipi, bibir, rambut, dahi, bulu-bulu mataku
·         Kata-kata berefek meditasi, perenungan, maupun sakral: dalam doaku, bening, hening, hijau, mendesau, muskil, burung gereja, gelisah, menjelma, denyut jantung, rasa sakit,

B.     Jenis Kata
No
Jenis Kata
Contoh
Jumlah Kata
Prosentase
1
Kata Benda
Doaku, ranting, angin
54
33,33%
2
Kata Kerja
Menjelma, bersijingkat
29
17,90%
3
Kata Sifat
Gelisah, muskil
9
5,55%
4
Kata bilangan
Seekor, pertama
2
1,23%
5
Kata tugas
Yang, di, kepada
40
24,7%
6
Kata Ganti
Ini, itu, kau, aku,
15
9,25%
7
Kata Keterangan
Tiba-tiba, sangat, entah
13
8,02%


jumlah
162
100%






C.     Bunyi
Rima:
·          Asonansi (pengulangan vokal)
Secara umum asonansi yang ada menunjukkan banyaknya pengulangan bunyi vokal ‘a’. Di bait pertama dan kedua, 80% vokal yang dipakai adalah ‘a’ pada akhir kata, baru diikuti bunyi vokal ‘u’ dan ‘i’.
Dibait-bait selanjutnya prosentase bunyi vokal ‘a’, ‘i’, dan ‘u’ berimbang dan acak sehingga asonansi menunjukkan ketidak teraturannya.
Dari keenam bait puisi ini, lima bait didominasi bunyi vokal ‘a’ sedangkan bait terakhir atau bait keenam yang lebih dominan bunyinya adalah vokal ‘u’.

·         Aliterasi (pengulangan konsonan)
Mayoritas konsonan yang diulang adalah konsonan d, k, m, n, y yang menimbulkan efek penegasan.

D.    Kata konkret
Kata atau kalimat dalam puisi ini yang menggambarkan keseluruhan isi puisi adalah bait terakhir dari puisi ini yang berbunyi:

aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai
mendoakan keselamatanmu

Dalam bait diatas kalimat ‘aku mencintaimu’ merupakan kesimpulan perasaan penyair dari sanjungan-sanjungannya pada apa atau siapa yang disebut ‘kau’ oleh penyair. Sanjungan-sanjungan itu dicerminkan dalam segala hal yang jernih, yang sejuk, yang indah, yang manja atau manis, dan yang kuat di kelima bait diatasnya.
Kalimat ‘itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan kesalamatanmu’. Penyair mengatakan tak pernah selesai karena di lima bait diatas dikatakan dari subuh, siang, sore, magrib, hingga malam dan nanti akan kembali ke pagi atau subuh lagi dalam setiap doa-doa si penyair selalu ada doa untuk yang ia sebut ‘kau’ atau ‘mu’ yang merujuk pada orang yang dicintainya. Dan doa yang selalu dipanjatkan untuk orang yang dicintainya dalam doa-doa si penyair adalah doa keselamatan.

Unsur Grammatikal
1.      Kompleksitas Kalimat
2.      Jenis Kalimat

1.      Kompleksitas Kalimat
Secara kompleksitas kalimat, puisi ‘Dalam Doaku’ ini mempunyai stuktur kalimat yang panjang, kompleks, serta selalu didahului dengan klausa keterangan waktu.  Struktur kalimat yang panjang dan kompleks diperlihatkan oleh tiap bait yang merupakan satu rangkaian kalimat yang terdiri antara tiga hingga empat klausa panjang yang merupakan kalimat majemuk bertingkat. Selain itu setiap bait (awal kalimat) selalu didahului keterangan waktu dan kemudian baru diikuti subjek. Contoh pada bait pertama:
dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman
    keterangan                  S          P          O
tak memejamkan mata, yang meluas bening

siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening

karena akan menerima suara-suara

Bait tersebut terdiri dari kalimat majemuk bertingkat dimana didalam objek kalimat induk terdapat tiga klausa objek.
Selain itu keterkaitan antarkalimat yang dalam konteks puisi ini juga bisa dikatakan antarbait adalah dalam setiap kalimat induk terdapat keterangan dalam doaku dengan berbagai variasainya serta tiap bait menggambarkan alur rangkaian waktu melalui diksi yang dipilih yaitu subuh, ketika matahari mengambang tenang di atas kepala (siang hari), sore, maghrib, serta malam.

2.      Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang ada sebagian besar adalah kalimat mayor karena memiliki inti atau pusat kalimat dua atau lebih. Dalam puisi ini justru tidak ditemui kalimat-kalimat minor yang biasanya terdapat dalam puisi kebanyakan.
Selain itu mayoritas adalah kalimat aktif  yang ditunjukkan oleh kata kerja-kata kerja berawalan me-.

Sarana retoris
1.      Permajasan
2.      Pencitraan
3.      Penyiasatan Struktur

1.      Permajasan
Sebagian besar permajasan yang ada adalah majas Alegori. Alegori adalah suatu majas untuk menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan, atau penggambaran. Yang dilukiskan dalam puisi ini adalah sosok ‘kau’ yang dicintai oleh si penyair, dimana sosok tersebut ‘menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara’ atau ‘menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku’. Majas ini ada dibait pertama hingga ke lima.

Majas sintesa (ungkapan rasa suatu indra yang diungkapkan dengan indra lain) :
·         menerima cahaya pertama è seharusnya indra penglihatan
·         menerima suara-suara  è seharusnya indra pendengaran
Majas Depersonifikasi (menjadikan persona sebagai benda tak bernyawa) dan Personifikasi (Perilaku manusia yang diterapkan bukan pada manusia)
·         kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata
·         kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
·         kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun disana, bersisjingkat di jalan kecil itu, menyusup diselah-selah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Majas repetisi diungkapkan dalam frasa ‘dalam doaku’ yang selalu muncul ditiap bait.
Majas  Pleonasme (menyatakan suatu hal dua kali agar lebih jelas, tetapi yang pertama adalah penyimpul kedua) terdapat dalam bait terkhir yaitu ‘aku mencintaimu itu sebabnya kau takkan pernah selesai mendoakan kes’lamatanmu’.


2.      Pencitraan
·         Citraan penglihatan                             : menjelma
·         Citraan pendengaran                           : mendesau, bernyanyi
·         Citraan taktil (oleh indra peraba)        : menyentuh-nyentuhkan, bersitahan
·        Citraan gerak  :menerima, memejamkan, mengambang, mengibas-ngibaskan, hinggap, menggugurkan, turun,bersijingkat, menyusup,
3.      Penyiasatan struktur
·         Repetisi yang dilakukan dalam tiap bait yaitu frasa ‘dalam doaku’, kata menjelma, kata yang, kata ini, kata kau dalam tiap bait puisi ini.

9 komentar:

  1. Suka puisi ini, terima kasih untuk penjelasan maknanya.

    BalasHapus
  2. informatif. ternyata analisisnya detail sekali

    BalasHapus
  3. semoga bermanfaat, sebagai refernsi

    BalasHapus
  4. Analisisnya detail sekali tetapi bagaimana dengan tema puisinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih sudah membaca ulasannya. untuk tema, amanat, maupun unsur intrinsik lain tidak dibahas di sini karena analisis ini fokus pada analisis stilistik, yaitu gaya bahasa yang dipakai. analisis stilistik adalah salah satu materi mata kuliah puisi yang pernah saya lalui.

      Hapus
  5. terima kasih sudah membaca ulasannya. untuk sementara ini belum ada analisis puisi yang lain.

    BalasHapus
  6. 2021 saat membaca kembali analisis ini, banyak sekali yang harus saya rombak sepertinya, terutama masalah tata tulis.

    BalasHapus