Rabu, 30 Desember 2020

Bertahan

 

 

Berhasil bertahanpun tak apa. Itu sudah hebat.

Bertahan tetap hidup. Bertahan tetap waras. Bertahan sehat.

 

2020 sama beratnya bagi kita semua.

2020 sama menguras energinya untuk kita semua.

Tidak apa menjalani hidup yang biasa saja, tidak apa mimpi sempat menjauh dari kita, tidak apa tidak melakukan hal yang terlihat fantastis di mata orang lain.

Bertahan untuk tetap waraspun sudah hal hebat.

Suatu hari kelak, aku atau kamu saat membaca ini, aku berharap keadaan sudah membaik dan kembali normal. Meskipun dunia sudah semakin renta, tapi aku berharap kita masih bisa menjalani hari yang baik, esok.

Kita masih bisa mewujudkan mimpi, mulai hari ini.






Jumat, 21 Agustus 2020

Hujan Saat Ini (Puisi)

Hujan saat ini sudah berbeda

Ia tak seperti dulu

Hujan saat ini syarat kecemasan

Tidak ada nyamanmu

Tidak ada wangimu


Yang ada hanya kekhawatiran


Hujan saat ini sangat berbeda

Aku tak mengenalinya

Hujan saat ini penuh pikiran suram

Keindahannya menghilang


Hujan saat ini

                       terasa asing


Tak ada wangi rumput dan dedaunan

Tak ada wangi tanah

Tak ada wangimu


Hujan saat ini hanya tentang kebisingan

                                                                  dan gemuruh


Hujan saat ini hanya tentang kecemasan


-K-

(11/5/2020)

Minggu, 22 September 2019

Kesadaran Kebebasan Finansial dan Melihat Angka Ketergantungan Bukan Hanya Sebagai Bagian dari Mata Pelajaran Semata

Sebelum dibaca, izinkan aku meminta maaf karena ini semacam harus aku post di sini, bukan di facebook.

Setelah selesai aku tulis, ini semacam menjadi sesuatu yang harus aku post di sini dahulu sebelum ke facebook.

Selamat menikmati.

------------------------------
------------------------------


Lagi, tentang angka ketergantungan.
Ada yang bisa menarik garis menghitung angka ketergantungan pada pelajaran di bangku SMP maupun SMA menjadi sebuah teori praktis yang bisa diterapkan pada kehidupan nyata?
Aku belum menyanyakan hal ini pada pakar ekonomi atau pakar kependudukan, tapi opiniku adalah;

Angka ketergantungan adalah angka beban tanggungan manusia pada usia produktif terhadap dirinya sendiri dan terhadap manusia yang tidak dalam usia produktif. Siapa saja yang masuk dalam usia produktif dan siapa saja yang tidak?
Monggo bisa dibuka lagi buku pelajaran semasa SMP/SMA, buka buku pelajaran anak, atau kalau malas ya buka google lah minimal.

Sederhananya adalah berapa banyak orang yang seharusnya bekerja di rumah anda dibagi dengan berapa jumlah total anggota di dalam rumah. Mudah bukan?

Tapi di tataran negara, hal ini menjadi lebih kompleks karena tidak semua usia nonproduktif sudah tidak bekerja, dan tidak semua usia produktif bekerja. Penyebabnya? Macam-macam tentu. Tidak hanya karena kurangnya lapangan pekerjaan.
Saat ini angka ketergantungan di Indonesia hampir mencapai 50% menurut katadata.co.id (aku mencari di akun resmi BPS enggak nemu). Sebuah angka yang masih sangat besar.
Maka dari itu kemampuan untuk mempunyai kebebasan finansial bagi semua orang yang berada di usia produktif sangat diperlukan.

Beberapa faktor membuat orang bisa bekerja sesuai jam kerja yang ideal, beberapa faktor bisa membuat orang bisa punya kegigihan membangun usaha sendiri, dan beberapa faktor ada yang membuat orang harus banting tulang tak kenal waktu. Baik itu perempuan atau laki-laki.
Kesadaran untuk memiliki  hidup sejahtera akan membuat orang-orang usia produktif melakukan berbagai cara untuk tetap produktif, terutama dari segi keuangan; bahkan kadang tak kenal waktu.

Mengingat kabar terakhir bahwa perempuan yang masih bekerja atau luntang-lantung di jalan akan mendapatkan denda; aku tidak setuju. Adakah deskripsi yang lebih spesifik dari deskripsi itu?
Aku rasa banyak perempuan akan bahagia jika tidak harus bekerja sampai larut malam. Tapi bagaimana jika terpaksa? Misalkan pegawai pabrik yang mendapat shift malam, atau pegawai mall yang buka sampai pukul 9 malam, belum beres-beres toko mereka, dll.
Aku rasa banyak perempuan akan merasa senang jika berproses di kesenian tidak perlu melibatkan waktu malam hari. Tapi, siapa yang akan menanggung hidup para seniman jika siang hari mereka tak bekerja layaknya manusia biasa?
Lantas kenapa harus berkesenian jika hanya menyita waktu?
Bisa kalian bayangkan dunia ini tanpa seni? Gersang hati kalian.

Itu hanya contoh seujung kuku jentik saja.

Padahal apa yang mereka lakukan juga bisa membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Mereka ada pada usia produktif dan sadar harus memiliki kebebasan finansial dengan berbagai macam WHY.
Jika begitu pun dibatasi, angka ketergantungan semakin melebar, siapa yang akan menanggung?
Perut-perut buncit anda, wahai Tua-Nyonya?

Lantas kenapa bukan begini saja solusinya? Jadikan malam seaman siang bagi semua orang, semua gender, untuk tetap bekerja, berproses, dan melakukan apapun hal baik itu.

Bagaimana ilmu dalam cetakan ijazah anda terapkan pada realita dan pada kemanusiaan wahai Tuan dan Nyonya Jabat?

Hanya perkara kecil anda bilang?
Perkara kecil saja anda tidak bisa memberikan solusi yang baik.

Masih belum berstruktur bagus seperti maestro karya ilmiah. Tapi semoga bisa dipahami sebagai bagian dari pemikiranku tentang kebebasan finansial bagi siapapun yang berada dalam usia produktif dan tentang lucunya Tuan dan Nyonya Jabat di Negeriku sekarang ini.

Salam J

Rabu, 27 Maret 2019

Sebuah pengingat untuk diri sendiri



Hallo, aku,\
jangan sedih jika gagal. Setidaknya kamu pernah mencoba. Kegagalan adalah bagian terumum dari kehidupan.\
jangan kecil hati jika dicibir. Setidaknya kamu pernah memulai.\

Saat yang lain berpikir untuk menyerah, kamu jangan.\
itu yang membedakanmu dengan yang lain.\

saat kamu jatuh, selalu percaya bahwa kamu bisa bangkit,\
ada atau tak ada orang yang membantu.\

Hallo, aku,\
jangan menjadi sempurna. Jadi apa adanya dirimu.\
jangan sedih karena gagal, tapi sedihlah karena tak pernah mencoba.\

Dear aku,\
kamu baja.\
kamu adalah versi terbaik dari dirimu.\

Dear aku,\
terima kasih telah menjadi aku yang selama ini.\


Jumat, 27 Juli 2018

Merela [Puisi]

doc. belasuryani


Untuk kamu yang pernah singgah
di beranda kala hujan
Teduh matamu redakan
gigilku
Walau sekejap
Ku tahu ini hanya sementara
walau ku ingin selamanya

Kulepas kau dengan gerimis
yang masih menggantung di mata
semoga kau selamat sampai rumah
Tempat tersaji pelukan hangat
dan secangkir kemesraan

... Aku lekas berkemas
menjemput rumah

2018

Senin, 25 Juni 2018

Brush Cleansing without Eggbrush Silicone (Membersihkan Brush tanpa menggunakan Silikon Eggbrush)

Hallo, \^^
Selamat datang.
Kali ini sepertinya aku akan mengisi blog ini dengan hal yang berbeda. Ya, sudah lama aku tidak menulis puisi, cerita, atau ulasan lain yang berbau sastra. Menulis puisi hanya kadang-kadang dan tidak dipost di sini. Tapi, pada dasarnya aku membuat blog saat aku ingin menulis tentang apapun.

Sebenarnya sudah lama aku tertarik dunia make up, terlebih make up karakter, semenjak aku ikut bergabung di teater kampus. Tapi karena sekarang sudah lulus (alhamdulillah akhirnya), jadi belajar make up sekarang hanya untuk diri sendiri saja. Dan akhir-akhir ini aku mulai tertarik dengan skin care juga karena menyadari bahwa kulit itu yang utama harus sehat, enggak cuma di dempul pakai bedak dan segala macamnya (secara usia sudah mau lepas dari angka 25, hiks). Intinya sekarang aku, dan mengajak kalian untuk mulai aware terhadap kesehatan kulit sedini mungkin. Nah, bagian skin care dan make up ini mungkin bisa aku bahas lain kali ya (kalau lagi inget dan mood, hahaha).

Kali ini yang mau aku bahas adalah tip-tip untuk membersihkan brush dan sponge yang kita punyai. Aku yakin cewek yang tampilannya sebodo amat pun sekarang tetap punya alat perang ini, minimal sponge bawaan dari bedak. Enggak perlu punya banyak dulu baru kita perhatian dengan benda 'tlemik-tlemik' ini. Yang jelas perhatian kita ke benda 'tlemik-tlemik' ini demi kesehatan kulit wajah kita juga kok. Lho, apa hubungannya? Enggak mau kan wajah kita langsung berjerawat setelah pakai make up menggunakan brush dan sponge yang nggak bersih? Iya, peralatan make up kita tuh sebenarnya sumber bakteri. Hahaha.

Mungkin sudah banyak yang berbagi tip tentang membersihkan brush ini, apalagi sekarang ada yang namanya eggbrush yang praktis dan membantu untuk membersihkan mereka-mereka. Tapi, tip yang mau aku bagi adalah ketika kita malas beli (seperti dirikuuu) atau enggak punya eggbrush. Tetep! Tetep harus bersihin kuas-kuas itu lho ya.

Yoook cus aja lah ya ini langkah-langkah yang biasa aku lakukan .....


  1. Persiapkan wadah, shampoo, dan tentu saja brushes dan sponge yang mau dibersihkan. (maaf shampoonya lupa enggak di foto, tapi bisa pakai shampoo rambut merek apapun kok)
     
  2. Membersihkan sisa make up menggunakan air shampoo. Tuangkan air hangat ke wadah dan dua sampai tiga tetes shampoo, kemudian rendam semua alat perang ke dalam air. Kenapa air hangat? Menurut aku air hangat akan membantu melunturkan sisa-sisa make up yang menempel di kuas dan sponge dengan lebih cepat. Ingat! Hangat saja, bukan panas. Kalau terlalu panas nanti bisa merusak brush kita tercinta. Nah, di langkah ini, janga lupa untuk menggosok-gosokkan kuas ke dasar wadah atau ke kapas untuk membantu mengangkat sisa-sisa make up. Nah, ini hasilnya. 
     
  3. Ulangi langkah sebelumnya. Langkah membersihkan brush di air shampoo ini bisa jadi tidak hanya sekali dilakukan. Kita bisa melakukannya dua sampai tiga kali sampai benar-benar besih (sampai air tidak sepekat gambar sebelumnya). Kalau sisa make up di sponge lebih susah dibersihkan, kita bisa membersihkannya secara terpisah dengan memeras sponge di air mengalir.Selanjutnya keringkan brush dan sponge di kapas atau tissu agar air dengan sisa make up sudah tidak menempel di brush.
     
  4. Bilas dengan air dan micellar water. Ganti air shampoo dengan air dan micellar water. Karena sebagai bilasan terakhir, maka air yang aku pakai lebih banyak dari sebelumnya. selain itu aku menambahkan lima tetes atau lebih micellar water. Kenapa? Dulu sebelum ada micellar water sih dibilas pakai air yang banyak. Tapi karena sekarang ada terobosan baru, aku pakailah si air ajaib itu. Iya, karena pada dasarnya kan micellar water untuk membersihkan atau mengangkat make up. Nah, siapa tau masih ada sisa make up di kuas yang masih bisa terangkat oleh micell ini. Kalau sudah selesai, lalu keringkan menggunakan tissu atau handuk kecil, dan taruh di sebuah wadah lain agar tidak tercecer. Alasi wadah dengan tissu atau handuk kecil juga ya. Next ... 
     
  5.  Angin-anginkan. Ya, langkah terakhir hanya kita angin-anginkan saja kuas-kuas ini. Agar lebih cepat kering, aku angin-anginkan kuas ini di bawah kipas angin semalaman. Dan taraaaa.... besok pagi kuas-kuas bersih ini sudah bisa digunakan kembali. 

Yaps begitu saja, simple kan. Aku biasanya melakukan ini saat santai dan bingung mau ngapain. Hahaha. Bersihin brush ini kalau bisa sering-sering ya. Kalau brush dipakai sendiri ya sebulan sekali masih dimaafkan. Tapi kalau buat tukang rias, kamu harus harus dan wajib mencucinya setiap selesai digunakan karena kan konsumen kamu berbeda-beda. Enggak mau kan konsumen komplain gara-gara bau sponge yang kamu pakai udah apek atau mereka jadi berjerawat setelahnya?

Terima kasih bagi yang sudah membaca. By the way, aku belum tahu ya konten seperti ini akan rutin atau tidak di sini. Kalau ditanya kok enggak bikin vlog aja?, kan lebih enak dengerin daripada baca. Ya aku sih masih hanya sebatas melakukan apa yang aku inginkan dulu. Lagi pengin nulis di instagram ya nulis di sana, lagi pengin nulis di blog ya ke sini, pengin buat video ala kadarnya ya bikin aja. Belum terencana sih, so boleh lah dilirik instagram aku juga  @belasuryani :)

Sekian,
Salam cantek dan sehat. Mwuah.
^^

Kamis, 19 April 2018

Dermaga yang Sunyi [Puisi]

pioneerphotography.com



Suaranya berderu saat lepas jangkar. 
bila saja ia toleh sedikit,
leleh mata dermaga akan tampak nyata jika bukan kabut yang menutupinya.
Ia terus, terus, dan terus masuk ke lautan yang lebih luas.

Bagi Dermaga,
kini hanya bayangan punggungnya yang tersisa di balik kabut.
Dilepasnya gelisah bersama embusan angin,
berharap dibawa ke antah berantah.
Sampai seribu purnama,
Dermaga yang sunyi berjanji takkan goyah pasaknya meski pasang dan surut tiada henti.
Bertanya ia pada kabut,
"kau bawakan bayangnya?" |
Dan kali ke seribu kabut menjawab
"Tak pernah ku temukan bayangnya, bahkan sampai palung terdalam sekalipun" |

Hari ini tepat purnama ke seribu satu.
Telah lunas janji Dermaga.
Satu persatu pasaknya rubuh.
"Sudah habis purnamaku,
namun bayanganmu tak pernah lagi ku temukan berdenyut
di air atau di langit. Kabut pun tak bisa menemukanmu.
Tunai sudah janjiku,"
begitu ucap Dermaga
sebelum jatuh dan hancur berkeping dihantam ombak.