Kali ini tentang satu novel fantasi yang baru saja aku selesaikan :)
BRISINGR!
Ya, buku ketiga dati siklus empat warisan Eragon. Bisa dibilang aku sudah agak lupa bagaiman detailnya buku pertama dan kedua (Eragon dan Eldest) karena sudah lebih dari tiga tahun lalu aku membacanya dari buku pinjaman dan tak bisa membaca ulang. Peminat Eragon memang tak sebanyak peminat Harry Potter. Tapi untukku novel ini tetaplah menjadi novel fantasi yang harus aku khatamkan membacanya. Hehe. Brisingr yang aku beli ini merupakan buku cetakan keempat, dicetak pada tahun 2012 (dan aku baru memberinya di tahun 2014). Aku memutuskan membeli karena tidak ada teman yang memiliki buku ini, jadilah aku harus membelinya sendiri. Setelah sekian lama akhirnya aku mampu membeli kelanjutan novel yang aku baca itu dengan susah payah menabung, menyisihkan uang disela-sela kebutuhan kuliah dan dengan semangat mengoleksi novel :)
Setelah sekian lama banyak hal yang tak bisa kuingat dalam dua buku sebelumnya, tapi pada ininya aku masih ingat bahwa Eragon dan Saphira akhirnya melawan saudaranya sendiri yaitu Murtagh dan Si Naga Merah Thorn. Dalam Brisingr diceritakan bagaimana kelanjutan kaum Varden dan Eragon serta seluruh penduduk Alagaesia berjuang. Kaum Varden kini dipimpin Nasuada karena Ajihad, ayahnya telah tewas terbunuh.Dengan kemampuan yang dimilikinya Nasuada berusaha untuk memimpin Varden seperti ketika ayahnya memimpin. Nasuada dibantu oleh Jordmund, penasehatnya dan Raja Orin dari Sudra. Di buku ke tiga ini Eragon juga memiliki misi khusus di tengah-tengah kaum kurcaci untuk mempercepat pemilihan raja baru mereka (raja lama juga tewas di pertempuran Farthen Dur) dan memastikan keberpihakan kaum kurcaci untuk Varden melawan Gallbatorix. Selain itu di tanah kamu kurcaci, Saphira juga berusaha untuk menepati janjinya memperbaiki Isidhar Mithrim, Bintang Mawar kebanggaan kaum kurcaci yang hancur saat pertempuran melawan para urgal dan tentara Gallbatorix.
Kini kaum Urgal sudah berjuang bersama kaum Varden, Ratu Elf Islanzadi sedang pergi ke sebuah tempat untuk juga mencari cara menghancurkan Gallbatorix, dan Eragon berjuang mendapatkan dukungan dari kaum Kurcaci. Sebelum itu Eragon dan Roran juga berada dalam sebuah perjalanan mengerikan menuju Helgrind untuk menyelamat Katrina (dan Sloan, namun akhirnya disembunyikan Eragon di du Welden Varden sehingga Katrina dan Roran mengira Sloan sudah meninggal). Eragon akhirnya sukses mendapatkan dukungan kaum Kurcaci dan Orik (saudara angkatnya) yang kemudian menjadi Raja kaum Kurcaci, Saphira berhasil memperbaiki Isidar Mithrim, Roran berhasil membuktikan kehebatannya memimpin kaum Varden untuk bergerilya melawan tentara Galbatorix, dan Arya selalu membantu Eragon. Dalam buku ini muncul 12 Elf (dipimpin Bloodghram) yang dikirimkan Islanzadi untuk membantu Eragon. Selain itu Eragon juga memaksa Nasuada untuk mengizinkannya ke du Weldenvarden untuk menuntaskan belajarnya dengan Oromis dan Glaedr. Di du Weldenvarden akhirnya Eragon memiliki pedang penunggang lagi setelah Zar'roc dirampas Murtagh. Pedang baru Eragon ia beri nama Brisingr (api-dalam bahasa kuno). Brisingr memiliki keunikan sendiri. Dalam prosesnya Rhunon (penempa pedang penunggang terbaik dari kaum Elf) yang sudah berjanji tidak akan menempa pedang lagi akhirnya mengerjakan pedang tersebut menggunakan badan Eragon yang pikirannya dikendalikan olehnya. Setelah jadi setiap Eragon menyebutkan nama pedang itu-tanpa bermaksud mengeluarkan sihir- selalu keluar kilatan api biru dari Brisingr. Itulah keistimewaan dari pedang Eragon yang kini berwarna biru, sama seperti sisik Saphira.
Akhir dari buku tersebut adalah Oromis dan Glaedr keluar dari persembunyiannya untuk melawan langsung Gallbatorix karena merasa Eragon telah cukup mendapatkan ilmunya dan setelah mewarisi Eldunari -jantund dari jantung- milik Glaedr yang memiliki banyak memoro dan pengalaman Oromis dan Glaedr. Selama Eragon membantu kaum Varden menyerang Feinster yang semula telah diduduki tentara Gallbatorix, Oromis melawan Murtagh di Urubaen. Gallbatorix hadir melalui raga Murtagh melawan Oromis dan akhirnya Oromis dan Glaedr tewas.
Itulah akhir dari buku ketiga ini. Buku setebal 850 halaman ini menyajikan 'kegelapan' yang semakin dirasakan di Alagaesia. Semua ras merasakan kekejaman Gallbatorix. Akan tetapi selama aku membaca 850 halaman ini,alur yang terjadi terlalu monoton. Semua terkesan teknis dan perdebatan-perdebatan menjemukan dalam peperangan. Strategi yang juga terlalu teknis namun masih kurang motivasi dan alasan dibalik tindakan yang terjadi. Suspend konflik yang ada tidak se-tarik-ulur buku-buku sebelumnya. Barulah pada halaman 689 akhirnya aku bisa mendadak berhenti membaca dan benar-benar terbawa masuk dalam diri Eragon. Saat akhirnya Eragon tahu bahwa ayahnya adalah, BROM. Ada perasaan bahagia dan lega yang ikut mengalir mengetahui 'kenyataan' itu. Beberapa saat aku menikmati keadaan lega dan bahagia tersebut sebelum akhirnya aku membaca lagi. Ya, buku ini tetap harus ada walaupun suspend dalam bukit-bukit konfliknya masih kekurangan tegangan. Selain itu satu lagi kelemahan buku ini (terjemahan Indonesia cetakan ke-4 dari penerbit Gramedia) adalah masih adanya beberapa kata yang miss dalam kegiatan editting sehingga agak mengganggu ketika membaca.
Ya itulah tadi Brisingr, buku ke-3 dari Siklus Warisan. Mengenai ketenaran Eragon dibandingkan Harry Potter (karena ini novel fantasi yang aku rasa penggemarnya melebihi novel fantasi manapun), sangat sulit untuk dibandingkan. JK Rowling memang membuat Harry Potter sebagai cerita dongeng anak-anak sehingga siapapun akan menyukainya. Sedangkan Eragon, aku rasa bukan buku dongeng anak-anak karena banyak ceritanya yang memerlukan konsentrasi tinggi dalam membacanya dan menganalisis kejadiannya.
Berharap setelah ini bisa memiliki dna membaca Inheritance, dan, sangat berharap novel ini difilmkan lagi. Aku tetap menikmatinya. :)
-B-
*) Semua foto berasal dari Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar