Rabu, 12 Juni 2013

Analisis Wacana Poster Publikasi Jagongan Wagen [analisis]


       I.            PENDAHULUAN
Poster merupakan sebuah karya seni atau desain grafis yang memuat gambar dan huruf yang dituangkan dalam kertas berukuran besar.  Pengaplikasiannya ditempel di dinding atau tempat datar lainnya untuk mendapat perhatian mata sekuat mungkin. Poster biasanya digunakan sebagai sarana iklan, propaganda, sosialisasi, maupun dekorasi.
Makalah kali ini akan menganalisis salah satu jenis poster yang masuk dalam jenis poster iklan tepatnya iklan pertunjukan atau publikasi sebuah event. Poster yang bertujuan untuk iklan, publikasi atau mempromosikan sesuatu tentu dibuat semenarik mungkin baik dari segi tampilan maupun bahasa yang digunakan agar menarik para calon konsumen maupun penikmat. Salah satu poster yang sering menarik perhatian adalah poster-poster publikasi dari acara tahunan yang bertajuk Jagongan Wagen yang dilaksanakan oleh Padepokan Bagong Kusudiarjo yang bekerjasama dengan Djarum Foundation. Sehingga makalah kali ini akan fokus pada penggunaan bahasa serta bentuk dari sebuah bentuk wacana poster publikasi berbahasa Indonesia.
Analisis dari poster-poster Jagongan Wagen ini akan dititikkan pada penggunaan bahasa serta skema atau bentuk dari poster publikasi tersebut sehingga menjadi poster yang menarik.
Pengambilan bahan yaitu foto-foto poster acara Jagongan Wagen yang disebar melalui media internet. Meskipun bahan berasal dari internet, namun poster-poster yang ditempel di dinding-dinding publikasi sekitar Yogyakarta pun sama persis dengan apa yang disebar melalui media internet.


    II.            KAJIAN TEORI
Istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap (Douglas dalam Mulyana, 2005: 3).. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana.  Jadi, wacana adalah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.
Dalam Kamus Bahasa Jawa Kuno-Indonesia karangan Wojowasito (1989: 651), terdapat kata ‘waca’ yang berarti ‘baca’ dan u/amaca yang artinya ‘membaca’, pamacan (pembacaan), ang/mawacana (berkata), wacaka (mengucapkan), dan wacana yang artinya ‘perkataan’
Poster adalah selembar kertas besar yang didesain untuk dipasang di dinding atautermukaan vertikal lainnya. Biasanya poster terdiri atas dua elemen, yaitu teks dan gambar, namun bisa juga berisi teks atau gambar  seluruhnya. Poster didesain sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian dan sarat informasi. Poster dapat digunakan untuk berbagai tujuan dan merupakan alat yang efektif bagi para pengiklan (untuk mengiklankan acara, musisi, dan film), politikus, atau siapapun yang ingin mengkomunikasikan suatu pesan (Kusuma, 2009: 9).

 III.            METODE PENELITIAN
Metode yang dihunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dijelaskan oleh Arikunto dalam Mulyana (2005: 83), metode deskriptif dapat digunakan untuk memerikan, menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (apa adanya).
Metode deskriptif yang digunakan untuk meneliti wacanya umumnya berusaha membuat klasifikasi objek penelitian.hasil klasifikasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif (Mulyana, 2005:83).


 IV.            PEMBAHASAN
Jagongan Wagen adalah sebuah acara pagelaran dan apresiasi seni pertunjukan yang menampilkan empat bidang seni yaitu musik, tari, teater, dan pantomim. Pertunjukan ini diadakan rutin tiap bulan. Pertunjukan hasil kerjasama  dua lembaga besar yang berbeda ranah yaitu Padepokan Seni Bagong Kussudiarja, sebuah yayasan nirlaba yang besar  yang bergerak dalam bidang seni budaya serta Djarum Foundation yang merupakan program Bakti Pada Negeri dari PT. Djarum yang bergerak untuk mendukung Indonesia di bidang sosial, olahraga, lingkungan, pendidikan, dan budaya.
Secara umum poster publikasi acara Jagongan Wagen yang diadakan setiap 35 hari sekali ini sederhana, mudah mendapatkan perhatian dari mata, dan memiliki pola yang sama. Ada sembilan bagian yang selalu ada yang menjadi struktur dalam tiap poster publukasi acara Jagongan Wagen, yaitu:
1.      Sponsor Utama dalam hal ini program Bakti Budaya Djarum Foundation.
2.      Nama Program Acara yaitu Jagongan Wagen
3.      Judul Pertunjukan yang disesuaikan dengan pertunjukan yang akan dipentaskan
4.      Ilustrasi yang mendukung judul
5.      Nama-nama Seniman yang mengisi pertunjukan pada hari tersebut
6.      Hari, Tanggal, dan Waktu pertunjukan
7.      Alamat diadakannya pertunjukan, dalam hal ini alamat dari Padepokan Seni Bagong Kussudiarja
8.      Harga Tiket Masuk (HTM) yang digratiskan
9.      Lambang Padepokan Seni Bagong Kussudiarja beserta Jaringan informasi yang bisa digunakan untuk menghubungi Yayasan Bagong Kussudiarja (YBK) meliputi nomor telepon, alamat website, alamat e-mail, dan alamat jejaring sosial.


Pembahasan kali ini akan dimulai dari hal-hal yang ada disemua poster publikasi baru kemudian kita sempitkan kedalam empat bagian sesuai bidang pertunjukan yang dipertunjukkan dalam Jagongan Wagen yaitu Tari, Musik, Teater, dan Pantomim.

1.      Sponsor Utama

Sponsor utama acara atau pertunjukan ini sudah jelas yaitu Program Bakti Budaya Djarum Foundation. Ditampilkan dengan lambang Bakti Budaya Djarum Foundation yang sederhana karena hanya terdiri dari tulisan Bakti Budaya Djarum Foundation dengan pilihan font (jenis huruf) yang juga sederhana.
Font huruf pada kata Djarum dibuat sama dengan font PT. Djarum yang sudah akrab di mata konsumen karena terdapat dalam kemasan-kemasan rokok yang dikeluarkan oleh PT. Djarum. Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa program ini didukung sepenuhnya PT. Djarum. Tulisan foundation yang berasal dari kata dalam Bahasa Inggris dan memiliki arti yayasan dalam Bahasa Indonesia dibuat dalam font dan warna yang berbeda (warna merah) untuk menunjukkan dan memperjelas bahwa program ini berbentuk sebuah yayasan lembaga yang menaungi wujud bakti dan peduli pada negeri dalam bidang yang sudah dipilih oleh PT. Djarum yaitu bidang sosial, olahraga, lingkungan, pendidikan, dan kebudayaan.
Biasanya lambang PT. Djarum muncul seperti wujud gambar dibawah ini:
Terdapat lambang rokok sebelum kata ‘djarum’. Akan tetapi lambang tersebut tidak dimunculkan dalam lambang Djarum Foundation. Maksud dari tidak memunculkan lambang tersebut adalah disengaja untuk menghilangkan kesan bahwa acara-acara yang berada dalam naungan Djarum Foundation mendukung gerakan merokok. Gerakan dalam Djarum Foundation memiliki tujuan mendukung gerakan positif dibidang sosial, olahraga, lingkungan, pendidikan, dan budaya. Sedangkan dimata masyarakat ditekankan bahwa merokok membawa dampak buruk bagi kesehatan, prestasi dan lingkungan. Hal tersebut sesungguhnya ironi namun seperti itulah yang terjadi.
Lambang Djarum Foundation dibuat sedemikian sederhana tentu memiliki maksud visual effect tertentu. Pembuat lambang bermaksud agar lambang Djarum Foundation mudah untuk dilihat dan diingat. Sehingga sekali melihat tanpa membaca kita akan langsung tahu bahwa acara tersebut didukung oleh Djarum Foundation dan acara-acara yang didukung oleh Djarum Foundation selalu acara yang bergengsi dan berkualitas. Hal tersebut sudah akan menarik calon penonton terlebih dahulu.
2.      Nama Program Acara yaitu Jagongan Wagen

Mengapa acara ini diberi nama ‘Jagongan Wagen’? Nama acara ini merujuk pada konsepan acara pertunjukan dan pengapresiasian seni yang dibuat. Kata ‘jagongan’ ditelinga orang-orang Jawa khususnya Yogyakarta sudah tidak asing lagi. Jika mendengar kata ‘jagongan’ maka akan teringat rombongan bapak-bapak yang berbondong-bondong datang dalam sebuah hajatan (pernikahan, orang melahirkan, maupun khitanan) dan mereka melakukan lek-lekan (begadang) sambil menyantap hidangan yang disediakan tuan rumah dan melakukanobrolan-obrolan santai serta melakukan aktifitas hiburan lainnya.
Jagongan Wagen ini memang mengadopsi tradisi budaya Jawa Jagongan. Jagongan dalam Bahasa Jawa memiliki kata dasar jagong yang berarti ‘duduk’ dan diberi akhiran –an yang merujuk pada sebuah aktifitas. Jadi jagongan adalah sebuah kegiatan duduk bersama atau berkumpul bersama dan melakukan obrolan dalam suasana yang santai dan akrab. Wagen juga berasal dari Bahasa Jawa. Ada dua makna terkait kata wagen ini. Pertama, memang asal katanya adala Wage, sebuah nama hari dalam penanggalan Jawa dengan siklus sepasar (tiap lima hari). Jagongan Wagen ini memang pertama kali diadakan tepat ketika penanggalan Jawa tersebut pada hari Wage. Kedua, wagen memiliki makna perputaran waktu atau berulang. Hal tersebut menandakan jika Jagongan Wagen harus ada tiap bulan.  Harapannya Jagongan Wagen bisa menjadi ajang bulanan yang santai dan akrab untuk memperbincangkan dan mengapresiasi seni dan budaya yang terbuka bagi siapapun. Selain itu Jagongan ini menyediakan hiburan yaitu pertunjukan oleh seniman dan budayawan lokal Yogyakarta maupun luar Yogyakarta.
3.      Judul Pertunjukan

Judul-judul pertunjukan Jagongan Wagen tiap edisinya bersifat tematis yaitu sesuai tema. Setiap edisi membawakan salah satu dari keempat jenis seni yang diusung dan judul selalu mencerminkan tema pertunjukan dalam edisi tersebut. Penamaan judul-judul ini pun unik-unik. Selalu dengan diksi yang aneh, nyeleneh dan tidak biasa. Selain itu ukuran huruf pada judul ini selalu dibuat paling besar atau malah super besar diantara ukuran huruf bagian lainnya dari poster ini. Bagian judul ini sengaja lebih ditonjolkan dari bagian yang lainnya. Maksudnya adalah agar orang tertarik melihat judul yang begitu besar, nyeleneh, dan lain dari biasanya. Judul dari tiap edisi Jagongan Wagen ini juga selalu memiliki makna sesuai dengan apa yang ingin disampaikan dalam pertunjukan dikarenakan judul adalah gerbang utama sebuah pementasan untuk dimaknai oleh calon penonton maupun pengapresiasi. Untuk bagian judul akan kita ulas lebih dalam bagian pembahasan selanjutnya menurut bidang seni masing-masing.
4.      Ilustrasi yang mendukung judul

Disetiap poster publikasi Jagongan Wagen tidak pernah sepi dari ilustrasi baik foto maupun gambar. Ilustrasi disini dimaksudkan untuk mendukung judul edisi tersebut. Misalkan saja ketika edisi tari, maka akan muncul gambar-gambar para penari yang sedang bergerak indah dan atraktif, atau ketika edisi teater ditampilkan gambar-gambar orang dengan ekspresi wajah bermacam-macam.
5.      Nama-nama Seniman

Biasanya calon penonton pertunjukan ingin mengetahui siapa saja yang akan tampil agar tidak merasa kecewa ketika sudah menontonnya. Selain itu jika nama penampil menarik dalam artian si penampil adalah orang yang sudah terkenal master dibidangnya, hal tersebut juga akan meningkatkan daya tarik bagi calon penonton. Maka dari itu nama para seniman yang akan melakukan pertunjukan pada edisi tersebut selalu dicantumkan. Pencantuman nama-nama pelaku seni inipun biasanya diletakkan dibawah judul atau di space yang longgar dengan font yang tidak besar agar tetap menarik perhatian. Maksud lain pencantuman nama-nama pelaku seni tersebut adalah jika mereka orang yang belum begitu terkenal namanya di dunia seni, dengan dicantumkan dalam poster publikasi tersebut juga sekaligus mem-publish atau memberitahukan pada khalayak ramai seniman-seniman baru tersebut.
6.      Hari, Tanggal, dan Waktu pertunjukan

Bagian ini mutlak diperlukan ada dalam poster publikasi sebuah acara karena informasi ini yang dibutuhkan oleh calon penonton. Hari, tanggal, dan waktu sebuah acara vital keberadaannya agar calon penonton bisa menyiapkan untuk meluangkan waktu dari jauh-jauh hari diwaktu pertunjukan tersebut. Dibuat dengan huruf yang sederhana dan ukuran yang agak besar agar calon penonton dengan mudah bisa membaca kapan, dimana, dan pukul berapa acara tersebut akan dilaksanakan.
7.      Alamat

Bagian ini juga mutlak diperlukan dalam sebuah publikasi acara agar calon penonton tahu dimana letak tempat pertunjukkan. Alamat harus dituliskan sejelas mungkin agar calon penonton tidak salah tempat ketika ingin menghadirinya. Jika alamat yang diberikan jelas,
8.      Harga Tiket Masuk (HTM)

Sebuah pertunjukan ada yang menggunakan tiket berbayar, ada pula yang digratiskan. HTM ini juga perlu ada agar jika menggunakan tiket berbayar, calon penonton bisa mempersiapkan biaya untuk membeli tiketnya. Sedangkan untuk acara Jagongan Wagen ini tidak menggunakan tiket atau gratis. Biasanya sebuah pertunjukan yang tidak dikenakan biaya akan mencantumkan besar-besar bahwa acara mereka gratis. Namun tidak dengan Jagongan Wagen, meski gratis, tulisan tersebut ditulis dengan ukuran huruf kecil, hanya warnanya saja yang dibedakan (warna merah). Hal ini juga bukan tanpa alasan. Jagongan wagen bukan ingin menarik calon penontonnya dengan sebuah acara gratisan akan tetapi lebih ke menarik penontonnya dengan konten acara yang sedang diadakakan.
9.      Lambang Padepokan Seni Bagong Kussudiarja beserta Jaringan informasi yang bisa digunakan untuk menghubungi Yayasan Bagong Kussudiarja (YBK) meliputi nomor telepon, alamat website, alamat e-mail, dan alamat jejaring sosial.









Berikut adalah analisis judul-judul tiap edisi Jagongan Wagen:
1.      Poster Jagongan Wagen Versi Tari






Gambar-gambar diatas adalah contoh beberapa poster publikasi Jagongan Wagen Edisi tari. Ada empat poster publikasi edisi tari yang diambil, yaitu:
a.       Lestari Meruang Masa
LESTARI MERUANG MASA, dari bentuknya ditulis dengan huruf kapital semua, ukuran huruf yang super besar dan hampir setengah bagian dari poster. Dari diksi yang dipilih yaitu Lestari Meruang Masa bisa kita lihat ada permainan bunyi disana. Meruang Masa menciptakan efek bunyi yang indah ketika diucapkan. Selain itu dalam kata ‘lestari’ termuat kata ‘tari’ yang menunjukkan ketematisan judul. Lestari dalam KBBI offline adalah kata sifat yang berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, bertahan, kekal, atau jika dijadikan dalam kata kerja berarti menjaga kelangsungan hidup. Meruang berarti sebuah kegiatan menyucikan mayat. Masa berarti waktu, ketika, saat. Jadi jika disimpulkan judul Lestari Meruang Masa berarti mempertahankan kesucian sebuah waktu dalam tarian.  
Poster publikasi edisi ini didasarkan pada konteks untuk melestarikan waktu-waktu yang digunakan untuk bergerak dan mengajarkan agar kita selalu bergerak (tidak malas).
b.      Awake Awak: Seni Butuh Tubuh Utuh Tuh
AWAKe AWAK: Seni Butuh Tubuh Utuh Tuh, begitulah judul edisi ini ditulis. Unsur tematis judul ditandai oleh kata ‘awak’ yang berasal dari Bahasa Jawa dan berarti ‘badan’. Mengapa badan? Karena menari membutuhkan keseluruhan badan untuk bergerak. Maka dari itu ada penegasan lagi pada sub judul yang juga memberikan efek permainan bunyi  yaitu ‘Seni Butuh Tubuh Utuh Tuh’. Dominasi konsonan B dan T , vokal U, serta rima ‘uh’ menghasilkan bunyi yang berwibawa dan bijaksana ketika diucapkan. Bermaksud juga memberikan penegasan yang berkali-kali terhadap kata utama dalam judul. jika diartikan secara penuh, judul ‘Awake Awak: seni Butuh Tubuh Utuh Tuh’ adalah ‘Badannya badan. Seni membutuhkan tubuh yang utuh sepenuhnya untuk ikut bergerak’.
Konteks poster edisi kali ini adalah ingin memperlihatkan pertunjukkan tari dan menyadarkan kembali pada pelaku seni, pengapresiasi, maupun penonton yang hanya dengan maksud mencari hiburan bahwa tari adalah sebuah seni gerak yang membutuhkan kerjasama yang apik dari keseluruhan bagian tubuh agar bisa menciptakan gerakan tarian yang indah, atraktif, dan bisa menyampaikan maksud tertentu.
c.       Makin Bergerak Makin Banyak
Makin berGERAK Makin BANYAK, seperti itulah penulisan judul dalam edisi ini. Yang ditonjolkan adalah kata ‘gerak’ dan ‘banyak’. Yang pertama adalah untuk menciptaka efek bunyi indah ketika diucapkan. Selain itu akan membuat orang yang melihat bertanya-tanya. Apa yang jadi ‘banyak’ karena ‘gerak’? Gerak adalah peralihan kedudukan baik sekali maupun berkali-kali. Dasar dari tari adalah gerak, memindah-mindahkan bagian tubuh dari tempat yang semula secara berkali-kali. Kemudian secara utuh dalam judul dikatakan ‘Makin Bergerak Makin Banyak’, berarti semakin memindah-mindahkan tubuh ke berbagai bentuk dan dalam berbagai tempat maka akan semakin banyak gerak indah yang kita ciptakan.
d.      Tari Imajinari
TARI IMAJINARI, ditulis dengan huruf kapital semua namun dengan warna tinta yang berbeda pada kata ‘imajinasi’ yang terdapat dalam kata ‘imajinari’. Kata ‘imajinari’ sendiri berasal dari kata ‘imajinasi’ yang huruf ke-8 yaitu S diganti oleh huruf R agar menciptakan rima yang indah ketika dibaca. Unsur tematisnya yaitu pada kata ‘tari’ dan ‘nari’. Imajinasi dalam KBBI offline berarti daya pikir untuk mengembangkan atau menciptakan gambar berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang, atau juga bisa diartikan khayalan. Sedangkan ‘tari’ adalah gerak badan yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian. Kata ‘nari’ adalah bentuk kata kerja dari tari. sehingga jika diartikan, judul Jagonagn Wagen kali ini ingin menyampaikan bahwa tari berasal dari khayalan yang digerakkan nyata oleh badan.

Dari segi pemilihan judul, seperti itulah kajian diksi, rima, irama, serta kesesuaiannya dengan konteks pertunjukkan yang akan dibawakan dalam tiap edisi. Sedangkan  dari segi ilustrasi, semua poster Jagongan Wagen edisi tari ini selalu menampilkan potret-potret penari yang menampilkan pose gerakan kontemporer ekstrim maupun potret yang sudah diedit menjadi siluet namun tetap menampilkan lekuk tubuh seorang yang sedang menari. Poster publikasi Jagongan Wagen edisi tari ini secara visual selalu lebih menarik dari visualisasi poster edisi yang lain karena banyaknya dan bebasnya pose-pose indah yang bisa dibentuk oleh gerakan tari.

2.      Poster Jagongan Wagen Versi Musik



Gambar diatas adalah dua contoh poster publikasi Jagongan Wagen edisi Musik.

e.       Ramusikap
RAMUSIKAP ditulis dengan huruf kapital semua dan dibedakan warnanya pada kata ‘musik’. Dalam judul ini terdapat tiga unsur kata yaitu ‘ramu’, ‘musik’, dan ‘sikap’. Unsur tematisnya sudah jelas tertera dan ditonjolkan dalam visual judul diatas yaitu ‘musik’. ‘Ramu’ dalam KBBI berarti kata kerja untuk kumpul, urun, menjadikan satu. Jika ditambah awalan me- maka akan menjadi mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan atau meramu. ‘Musik’ adalah ilmu atau seni yang menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungannya temporal untuk emnghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Sedangkan ‘sikap’ memiliki beberapa makna yaitu 1) tokoh atau bentuk tubuh 2) cara berdiri 3) perbuatan yang berdasarkan pada pendirian dan 4) perilaku atau gerak-gerik. Jika disimpulkan maka maksud dari judul edisi ini adalah ajakan untuk meracik sikap baik itu perbuatan atau perilaku yang hanya bisa dirasakan dan meramu bentuk tubuh yang bisa dilihat denagn mata melalui musik.
f.       Masak Musik Mas Yuk
Unsur tematis langsung bisa terlihat karena kata ‘musik’ dalam judul edisi kali ini berdiri sendiri. Ditulis dengan huruf kapital dan menggunakan dua warna untuk mebedakan tiap katanya. MASAK MUSIK MAS YUK. Diramu dengan rima yang begitu bagus untuk diucapkan. Aliterasi M, S, dan K serta asonansi A dan U. Masak Musik Mas Yuk, sekilas saja kita sudah bisa menangkap bahwa judul tersebut merupakan sebuah ajakan dengan menghadirkan kata ‘yuk’ dibelakangnya. Masak disini memiliki beberapa arti yaitu jika diberi awalan me- akan menjadi kata kerja memasak yang berarti mengolah suatu bahan pangan hingga matang, dan kedua masak disini berarti matang. Bisa kita simpulkan bahwa makna judul ini adalah sebuah ajakan untuk memasak musik atau mengolah musik hingga benar-benar matang, dan yang diajak adalah ‘mas’. ‘Mas’ dalam bahasa jawa adalah sebuah panggilan untuk memanggil saudara maupun orang yang belum dikenal. Memang identiknya yang dipanggil ‘mas’ adalah seorang laki-laki yang belum menikah, namun dalam budaya Jawa, ‘mas’ juga digunakan untuk memanggil seorang yang berjenis kelaim perempuan yang juga belum menikah. Jadi dalam acara ini Jagongan Wagen mencoba untuk mengajak dan menarik minat para muda-mudi untu hadir dan berapresiasi terhadap musik disana.  
3.      Poster Jagongan Wagen Versi Teater


Diatas terdapat dua contoh poster Jagongan Wagen dalam edisi Teater.
a.       Sandiwara Teater Super Menyenangkan
Sandiwara Teater Super Menyenagkan ditulis semua dengan huruf kapital akan tetapi memakai variasi ukuran huruf. Kata ‘sandiwara’ dan ‘teater’ disini dibuat lebih jelas dengan ukuran huruf yang lebih besar. Sandiwara Teater jelas sudah menunjukkan letak tematis dari judul ini. Judul ini sangat sederhana dan mudah diingat. Maksudnya yaitu ingin menyampaikan bahwa Sandiwara teater itu adalah pertunjukan yang menyenangkan.
b.      Pas Le Kelakon
Pas Le Kelakon merupakan bahasa Jawa yang artinya adalah terjadi pada waktu yang tepat. Letak tematisnya adalah pada kata ‘kelakon’ yang mengandung kata ‘lakon’. ‘Lakon’ identik dengan tokoh dalam sebuah pertunjukan teater. Sedangkan dari arti bahasa Indonesianya, judul ini mengangkat sisi waktu yang merupakan salah satu unsur vital dalam sebuah pementasan teater atau drama.
4.      Poster Jagongan Wagen Versi Pantomim


Kesenian yang terakhir ini adalah kesenian yang sekarang sudah mulai pudar peminatnya ataupun orang-orang yang bisa memainkannya sudah terbatas yaitu Seni Pantomim. Ada dua poster yang diambil sebagai sampel yaitu:
a.       Main Mime Menggelikan
Main Mime Menggelikan, unsur tematisnya terdapat pada kata ‘mime’ yang merupakan penyebutan lain dari seni pantomim. ‘Mime’ sendiri berasal dari kata Bahasa Inggris yang berarti badut atau pelawak. Bermain mime atau pantomim memang cenderung lucu karena tingkahnya yang khas. Maka dari itu muncullah judul sedisi ini yaitu Main Mime Menggelikan.
b.      InMimerium
Karena mulai terbatasnya pelaku seni pantomim, maka tema yang ada pada judul edisi ini diangkat. In Mimerium yang terdengar seperti kata ‘in memorium’ (mengingat seseorang yang sudah meninggal atau sesuatu yang sudah tidak ada) seperti ingin memperingati berkabungnya atas semakin berkurangnya seniman pantomin di negeri ini.



    V.            KESIMPULAN
Wacana poster publikasi Jagongan Wagen ini merupakan sebuah media publikasi, iklan, atau mempromosikan sebuah acara bernama Jagongan Wagen yang memiliki struktur serta bahasa yang khas untuk menarik minat para calon penonton. Struktur poster setiap edisi memuat unsur-unsur yang sama. Pilihan kata yang digunakan sederhana namun disusun secara unik agar memiliki rima yang bagus ketika diucapkan dan seolah-olah dibuat menjadi kalimat yang tidak tuntas agar menimbulkan rasa penasaran bagi orang yang membaca poster tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Kusuma, Yuliandi. 2009. Trik Paten Poster Keran. Jakarta: PT. Grasindo.
Ybk. Or.id


Rabu, 05 Juni 2013

Yang Aku Tahu Hari ini Aku Sayang Kamu [a chapter]

Kita tak pernah tahu kapan rasa itu akan datang dan meminta kita untuk menyesap sari-sarinya hingga tanpa sadar kita akan mencandunya. Namun yang pasti adalah: Rasa itu PASTI hadir menghampiri kita.



Aku tak pernah meminta untuk didatanginya cepat-cepat atau lambat-lambat. Aku tak pernah meminta SIAPA yang akan hadir membawakan kuncup kembang candu itu. Aku tak pernah tahu apa wujud candu itu, bahkan hingga sekarang ketika percikan sarinya menyerempet lapisan terluar organ yang dikatakan bisa merasakan apa itu cinta, apa itu sayang, dan apa itu benci. Sekelebat. Masih hanya sekelebat.

Sekelebat saja kuncup kembang itu menyabetkan sarinya, dan aku merasakan getaran pada seluruh sendi-sendi badanku. Sesak. Aneh. Ada yang tiba-tiba saja meletup-meletup dari dalam (entah mana itu) dan membuatku merasa seperti kembang api yang siap disulut dan meledak pada dentang keduabelas awal tahun. Ada panas yang tiba-tiba saja membuatku demam, tak seimbang, namun bukan sakit. Ada benang kasat mata yang selalu menarik ujung bibir keatas dan pipi merah tanpa perona. Ada yang berdentum dari dalam dada.

Klasik. Tapi itu yang tak bisa ditolak ketika kuncup kembang itu tiba-tiba datang, menghampiri. Tak pernah bisa untuk ditolak.

Sekali datang dari sepetak lapangan belakang sekolah. Saat aku bersikeras mengatakan tak mungkin saat itu aku merasakan apa yang mereka rasakan. Ada letupan listrik didada kiri ketika mataku dan matanya beradu. Waktu itu aku masih kecil, dan aku tak meminta kuncup itu untuk segera datang seperti apa yang dilakukan teman-temanku. Tapi akhirnya aku menyerah melawan letupan-letupan itu dan mungkin mulai mengakui. Ya, aku mungkin suka pada kapten bola sepak itu. Mungkin. Mungkin aku hanya terkena ekor percikan sari kuncup kembang itu. Hanya sedikit tapi berbekas. Lewat 36 purnama baru terhapus tuntas percikan sari kuncup yang tak pernah coba untuk kusemai. Biar gugur bersama waktu. Biar lenyap bersama angin yang mengaburkan bayangnya.

Kau, rasa yang benar-benar candu. Dan candu karnamu tak ada tempat untuk menyembuhkannya, tak ada panti rehabnya, kecuali waktu yang rela mengikiskan.

Kuncup lama mengabur dan kabur dibawa angin waktu. Datang kuncup lain dalam ruang yang lebih sempit. Sepetak kelas yang membingkai lakumu yang berbeda. Diam-diam feromon menyelusup liang indra penciumanku diantara bidang-bidang cerita pertemanan dan persahabatan. Pelan. Halus. Terus. Menerus. Mengendapkan aroma khas kuncup kembangmu. Menyelusup dalam dan kuncupmu memekarkan duri yang mengoyak hati ini. Mematahkannya. Namun aku tetap masih diam. Kubiarkan saja tahu atau tidak tahu kau   pernah menelusupkan feromon untuk kuhirup. Mungkin kau tahu dari teman-teman kita yang tahu tentang aku. Tapi aku tetap diam untukmu. Memilih berdoa agar jalan kita lekas dipisahkan waktu. Memaksa membuang saripati endapan feromon itu. Memaksa mematahkan helai-helai bakal kuncup agar lekas habis dan tanpa bekas. Berpuluh purnama coba kupatahkan helai demi helai, kucabut duri demi duri meski perih. Ketika tuntas kuhabisakan perih dari daging hati ini, seminggu kau tiba-tiba hadir lagi dipetak cerita kita yang sempat dipisahkan jarak dan waktu. Jika bukan karena temanku, aku tak pernah sadar kau pernah hadir lagi. Bel sekolah berdentang tanda istirahat.
"Bel, dia ada di warung depan lho", kata temanku yang baru saja kembali dari depan sekolah.
"Hah? Dia? Ngapain kesini? Ya udahlah. Toh temannya memang banyak disini." Jawabku ketika itu.
"Nggak mau ketemu dia?"
"Haha, ngapain? ogah ah. Lagian udah nggak mau lihat dia lagi."
Jawaban yang keluar dari mulutku yang pada akhirnya aku sesali sendiri. Aku merasakan ada firasat. Ada keanehan. Tapi kuabaikan. Beberapa hari kemudian aku sadar bahwa kehadirannya adalah sebuah tanda. Dia sedang berpamitan pada kami semua. Orang-orang yang menyayanginya.
Senja bersama adzan magrib yang berkumandang HP-ku berbunyi. Telefon dari temanku.
"Bel, kamu udah dapat kabar?"
"Kabar apa?"
"Hmm, yang sabar ya Bel. Dia meninggal. Kecelakaan sore tadi. Aku baru mau memastikan kerumahnya."
Seperti ada petir yang menyambar jantung. Speechless. Semua tenaga seolah pergi bersama kilat yang menyambar. Untuk duduk pun aku harus mencari tembok untuk bersandar.
Dan aku masih ingin mempercayai bahwa yang dikatakan temanku hanya sebuah candaan.
"Nek guyon ojo koyo ngono to." Hanya itu yang mampu aku ucapkan. Setelahnya aku sudah tak mendengar apa yang dikatakan temanku dari seberang sana. Tiba-tiba menuli. Sesak.
Tapi aku masih mencoba mencari pembenaran apa yang tidak aku yakini itu. Aku menghubungi sahabat karibnya, dan apa yang dikatakan temanku dibenarkannya. Ada lelehan panas mengaliri pipiku. Semalaman aku bersembunyi dibalik kamar, menyembunyikan dukaku dari kedua orangtuaku.

Sahabat, maafkan aku yang menaburi jalan pulang dan pusaramu dengan linangan airmata. Biar rasaku yang pernah ada untukmu kusimpan dalam diam darimu. Kami selalu menyayangimu. Istirahatlah dalam tenang.
( 27 February 2009)
Itu, kehilangan yang sangat menyakitkan meskipun waktu itu rasa untuknya (aku kira) sudah memudar.
Hari ke 1100 sekian baru bisa aku berhenti menghitung hari kepergianmu.

Aku tak pernah meminta orang seperti apa yang membawakan kuncup kembang itu. Dan kapan waktunya. Aku tak pernah meminta. Aku tak pernah meminta agar aku diberikan rasa suka kepada siapa. Aku hanya mengikuti saja. Atau jika aku meminta, aku meminta agar janganlah datang perasaan itu sebelum aku siap. Siap menyemai dan siap untuk patah.

Tapi menolak perasaan itu ketika hadir pun sama sulitnya.

Hidupku berlanjut dalam hampa dan isi yang semu. Dalam cerita tanpa status dengan seseorang yang memberikan kuncup kembangnya pada banyak lebah. Satu tahun aku memaksa diriku agar lepas darinya. Memaksa diri. Memang. Dan itu sungguh sangat melelahkan batin. Memaksa untuk mengakhiri ketergantungan.

Aku lelah. Aku tahu sulit untuk menolak rasa itu jika hadir. Tapi aku memaksa diri untuk membuat benteng untuk melindungi hatiku dari duri, patah, dan lelah. Aku bangun benteng itu dari bagian diriku yang keras tanpa empati dan simpati. Aku mengeraskan hati. Aku tak acuh pada apapun. Aku menjadi orang yang keras hati. Aku kira aku membangun benteng yang kokoh untuk melindungi hatiku.

Namun ini semakin membuatku lelah. Membuatku menjadi zombi, bernyawa tanpa perasaan. Aku bertambah lelah dan jenuh. Ternyata aku hanya bersembunyi dari ketidakmampuanku untuk menguasai hatiku sendiri. Aku lelah. Jenuh. Menyerah.

Dan runtuhlah benteng yang hanya maya dan rapuh itu.

Memiliki keluarga baru yang membuatku perlahan menyayangi mereka dan nyaman dalam kehangatan mereka. Di tempat yang baru ini. Di tempat pertamakalinya aku harus pergi jauh dari rumah. Rasa sayang untuk mereka melelehkan benteng yang mengisolasikan aku dari aku.
Semakin nyaman disana dalam tawa canda mereka. Dan tiba-tiba muncullah seseorang baru diantara tawa-tawa mereka.
Ada sesuatu yang menarik. Dan seketika aku langsung berkata pada Tuhan "Tolong, jangan perasaan itu lagi. Aku masih lelah."

Dia orang dari seberang. Penuh teka-teki. Orang yang optimis, pekerja keras. Dan ia suka sekali bercerita. Apapun. Tentang ia, tentang hidupnya, tentang perjalanannya, tentang yang ia baca, tentang yang ia dengar, tentang apapun itu. Dan aku begitu suka mendengan ia bercerita. Ada sesuatu yang hilang ketika malam ia tak hadir dan tak bisa mendengar ceritanya.
Lagi-lagi aku tertambat kuncup kembang yang terlambat aku sadari. Yang mulai mekar perlahan-lahan dengan semaian dongeng-dongengnya. Beratus sajak lahir setiap malam untuk mengabadikan tentang hari dengannya. Mengabadikan hari ketika memikirkannya. Senang ataupun sedih. Seperti ketika tiba-tiba saja dia menghilang dua bulan tanpa kabar entah kemana (dan ketika aku telusuri ia pergi ke Temanggung). Semakin banyak saja sajak tertulis waktu itu. Ya, aku rindu. Rindu yang aku simpan darinya. Aku simpan sendiri. Tak ada yang tahu aku menaruh perhatian padanya (aku kira). Tapi perlahan ternyata mereka tahu juga. Termasuk saudaranya dari rantau.
Waktu itu saat dia belum kembali dari menghilang, dan aku sedang dalam kesibukan pentasku. Seusai pentas  aku dipanggil noleh saudaranya. Dikatakannya bahwa dia sering bercerita tentang aku. Sungguh, sangat ingin mempercayai itu 100%. Tapi sebagian hatiku memberikan tanda merah agar tak sebanyak itu aku percaya. Aku katakan, "Abaikan, dia lebih dekat dengan gadis lain!" Aku pun mulai putus asa menanti dia kembali sehingga aku mengikiskan harapanku bisa bertemu dia lagi di Jogja ini.
Tapi tiba-tiba saja suatu malam dengan penampilan yang berbeda dari terakhir kali aku melihatnya, dibawah gelapnya malam rektorat, aku menlihat sosoknya hadir. Ya, aku tetap mengenalinya. Dan waktu itu jujur aku tak bisa berkata apa-apa. Menatap matanya pun menjadi sebegitu menakutkan. Aku hanya diam dan ia bercengkrama dengan teman-teman yang lain. Aku menjadi lebih pendiam dari waktu aku terkahir kali bertemu dengannya. Kembalinya waktu itu menambah drastis perasaanku yang tertaut padanya. Sempat ia berikan kenangan juga sewaktu aku dan dia bersepeda bersama dibawah rintik hujan sewaktu pulang latihan. Mungkin kamu akan lupa waktu itu, tapi aku mengingatnya bang.

Aku senang kamu kembali. Aku senang kau coba untuk ikut tes seleksi lagi. Sungguh malam itu aku benar-benar berdoa untuk kelolosanmu. Dan aku sungguh-sungguh sedih bang waktu kamu nggak lolos. Dan akhirnya bang, kamu memutuskan untuk balik ke kampung halamanmu. Hatiku lagi-lagi patah namun mencoba untuk biasa. Lagi-lagi aku melepasmu pergi dalam diamku. Padahal aku sungguh sangat ingin berbicara denganmu, atau hanya mendengarmu bercerita saja, sekali lagi, sebelum kamu pergi. Tapi semua berlalu begitu saja. Aku patah lagi dan lagi. Kau telah berlayar pulang, melewati samudra diutara sana. Bang, kapan kamu balik kesini lagi? Hatiku kembali dalam diam duka karena kau pergi. Tapi aku selalu berdoa semoga apa yang terjadi padamu adalah yang terbaik untukmu meskipun mungkin aku tak bisa lagi bertemu kamu bang.

Setahun lebih dia pergi. Dan tak kembali lagi kesini. Dia sudah jauh diseberang. Dan aku berjuang melupakannya. Benar-benar melupakan. Karena jarak kita memustahilkan kita. Waktu itu sedang sibuk-sibuknya menjadi panitia penyambutan mahasiswa baru dikampus. Jadwalku crowded dan aku tak bisa lagi setiap malam untuk terpuruk karena tak bisa lagi bertemu denganmu. Waktu itu tepat dicatatan dengan tajuk #32 aku merasakan perasaanku yang mulai kelelahan, mengusang, dan berdebu. Aku lelah, dan aku mengakhiri dengan catatan itu. Doaku sewaktu itu, "semoga kau mendapatkan hidup yang terbaik disana".

Dihari-hari yang penuh jadwal itu entah mengapa beberapa hari aku bermimpi tentang seseorang yang entah siapa namun ia selalu membuatku nyaman. Aku mengabaikannya hingga aku lupa karena kesibukanku menjadi panitia waktu itu.

Dan tibalah saatnya cerita tentangmu yang hari ini aku sayang.

Kamu yang sebelumnya juga tidak aku sangka untuk aku bisa suka. Sama sekali tak menyangka. Karena aku masih tidak pernah untuk meminta kapan kuncup kembang itu datang dan dibawa oleh siapa. Karena waktu itupun, masih sangat awal kita berkenalan.

(sampai disini apakah aku harus menulis ulang lagi cerita bagaimana aku suka padamu? Apakah aku harus merangkai lagi puzzle sajak tentangmu?)

Ya, aku sendiripun awalnya merasa cerita kita begitu cepat. Persiapan Ospek kita kenal, sebelum hari H Ospek kau meminjamkan motor padaku dan banyak membantuku. Hari H Ospek kau dan (teman-temanmu juga) lebih banyak lagi membantuku. Disini aku ingat aku mulai memerhatikanmu, namun aku tak ingin mengiyakan aku suka kamu. Aku masih lelah. Tapi iya waktu itu kamu mulai lebih mendapat perhatianku. Segala kesenanganmu waktu itu (yang membahayakanmu) sungguh membuatku ingin berkata "Please stop! Jangan sakiti dirimu sendiri! Aku nggak pengin lihat kamu kenapa-kenapa. Aku nggak pengin kamu sakit." Tapi waktu itu aku juga tahu tentang kamu dan gadis itu. Dan aku tahu aku harus sadar diri :)

Terimakasih untuk apa yang kamu lakukan dihari-hari itu. Sungguh aku sangat terbantu.

Ya, beberapa hal biarlah hanya kita saja yang tahu (dan mungkin beberapa orang yang waktu itu ada disana jika mereka masih mengingatnya).

[Hey, tapi waktu itu aku dapat nomermu bukan disengaja karena aku mulai peduli terhadap kamu lho, tapi karena aku harus tanggung jawab sama barang yang aku pinjam waktu itu.]

Hari terakhir Ospek, aku sedih banget lihat tanganmu kayak gitu. Tapi kamunya emang suka nyiksa diri sih. Jadi waktu itu aku nggak pulang selain karena kunci rumahku yang entah kemana, juga karena pengin tahu keadaanmu.
Lalu kejadian sehabis makan disiang itu diatas Pick-up (yang emoh aku ceritain) dan membawa petaka nyut-nyutan dikepalaku. Dan terimakasih untuk kamu yang masih nemenin aku diatas Pick-up.

Sms waktu itu sebenarnya aku pengin bilang terimaksih ke kamu, tapi aku bingung dan jadinya malah sms geje kayak gitu. Terus paginya kamu juga ke PKM lagi, padahal teman-temanmu udah pada entah kemana. Itu hari sebelum akhirnya aku pulang dan 2mingguan kita nggak ketemu. Hari itu ternyata si Budi diem-diem juga ngambil foto kita berdua  >,<
(aku tahunya setelah lamaaaaaaa banget)

2 minggu nggak ketemu kita akhirnya smsan doang. Beberapa hari sms-an, aku stay cool mencoba untuk masih berkata 'ini sms-an biasa'. Tapi ya waktu itu aku seneng (banget) smsan sama kamu. Diantara itu, akhirnya aku sms teman kita dan aku tanya-tanya tentang kamu.
Selama hari yang cepat namun lama itu berkali-kali perasaanku dibuat seperti berombak, naik-turun, dan meledak-ledak. Entah apa deskripsinya yang tepat.

Lalu akhirnya kita bertemu lagi dikampus. Dan aku sempat menghindarimu (berharap aku tidak terluka lagi). Tapi nyatanya memang sulit untuk menghapus apa yang sedang aku rasakan. Waktu itu pas ulangtahunmu juga (yang aku ingat dari jauh jauh jauuuuuuh hari), aku berharap setidaknya bisa mengucapkan 'selamat ulangtahun' untukmu.Tapi aku nggak berani, dan nggak bisa karena aku nggak punya alasan buat ketemu kamu. Kita waktu itu sudah teramat jauh menurutku. Aku nyerah. Aku merasa waktu itu udah nggak bisa memperbaiki apa yang sudah aku rusak. Dan aku tersiksa dengan keadaan itu.
Ini yang aku buat pas hari ulangtahunmu. Haha, geje siihh....



Lalu ada yang bilang ke aku, mending aku bilang ke kamu biar semua pasti dan jelas. Dan itu akan memudahkan hatiku untuk selanjutnya. Jadi, akhirnya sampailah pada malam itu dan semua aku ceritakan padamu.

Dan mulai saat itu aku tak ingin memaksakan diriku untuk melupakan bahkan orang yang aku sayang. Biarlah waktu yang membawa perasaanku. Biarlah waktu yang tahu esok akan seperti apa. Yang aku tahu hari ini aku sayang kamu. Dan itu yang akan aku jalani. Meskipun kamu juga pada keadaan seperti apa yang waktu itu kamu katakan padaku.

Yang aku tahu hari ini aku sayang kamu.