sumber: lifestyle-indonesia.com |
Tanpa tahu
bahwa hari ini adalah Hari Perempuan sedunia, tiba-tiba saja pagi tadi tercetus
sebuah gagasan tentang ‘kenapa sebagai perempuan kita tidak boleh berhenti
mengikuti zaman’. Google yang akhirnya memberi tahu saya di laman pertamanya
bahwa hari ini adalah Hari Perempuan sedunia. Akhirnya saya tulis gagasan yang
muncul tiba-tiba tadi.
Bermula dari
refleksi diri sendiri yang selama ini selalu merasa tidak terlalu ingin
mengikuti perkembangan zaman anak-anak remaja terkait sosial media serta
kreativitas dan ‘kreativitas’ di dalamnya. Saya bedakan dua kreatifitas di
sini. Salah satu adalah kreativitas yang baik, dan satu lainnya yaitu
kreatifitas yang banyak dari mereka tidak menyadari dampak buruknya. Saya termasuk
orang yang malas untuk meng-update
aplikasi di posel pintar setiap ada pembaruan. Beda halnya dengan anak sekolah
zaman sekarang yang selalu memantau ada perkembangan apa di jagat media sosial.
Sebagai contoh, tiba-tiba saja instagram memiliki aplikasi yang memungkinkan
kita untuk mengambil gambar bergerak namun bukan kategori video. Di mulai dari public figure internasional dan nasional
yang sudah terverifikasi oleh instagram, demam gambar bergerak bernama boomerang mulai mewabah. Masyarakat,
khususnya anak-anak pun mulai mencari dan mengikutinya demi kata ‘tren’. Tren
boomerang masih cukup sederhana karena hanya mengandalkan ponsel pintar saja. Contoh
selanjutnya yaitu tren vlog. Bisa jadi
vlog ini adalah istilah pengembangan dari blog,
namun kita mengisi konten laman pribadi bukan dengan tulisan selayaknya blog. Vlog berisi video-video yang memiliki tema-tema tertentu dan cukup
asik untuk disimak selayaknya membaca blog.
Tren vlog membutuhkan kecakapan yang lebih karena kebanyakan vlogger
menggunakan kamera dan alat yang professional. Selain itu kemampuan gravis
seperti mengedit video, membuat ilustrasi, maupun mengisi suara sebagai sound effect juga diperlukan. Anak-anak
akan mulai meminta hal ini dan itu yang bagi orang seperti saya tidak akan tahu
bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut.
Dilihat sekilas,
hal seperti contoh tadi adalah hal baik dan mengundang kreativitas anak. Namun celakanya,
bagi orang tua si anak yang hanya bisa membelikan barang keinginan anak tanpa
tahu kegunaannya adalah, kita tak pernah tahu anak akan berbuat apa dengan
alat-alat yang sudah dibelikan. Kenyataannya, banyak penyimpangan dimulai dari
gawai, dan orang tua banyak yang tidak bisa memantau penggunaan gawai anak karena
mereka tidak paham cara menggunakannya selain sebagai alat untuk menelpon,
berkirip pesan, atau paling mutakhir untuk berselancar di internet (yang ini
pun terbatas sekali).
Sesungguhnya terlalu
acak saat saya memikirkan pengaruh gawai dan perkembangannya ini untuk anak
mengingat saya sendiri belum menikah, apalagi memiliki anak. Masa sekarang ini
lebih wajarnya saya memikirkan pengaruh gawai dan segala sosial media bagi diri
sendiri. Maka, saya pun hanya menggunakan gawai sesuai kebutuhan, tidak perlu
terlalu update. Di sinilah jebakan
itu. Saat saya benar-benar memutus hubungan dengan hal ‘kekekinian’ maka bisa
jadi suatu saat nanti saya tidak bisa mengikuti perkembangan dunia anak saya
kelak. Bisa jadi saya menjadi lebih tertinggal dibandingkan orang tua zaman
sekarang, karena kita tahu perkembangan teknologi akhir-akhir ini super cepat.
Lalu,
sebenarnya kenapa selama ini saya terlalu apatis dengan perkembangan teknologi?
Ya, sejujurnya karena orang dewasa pun banyak yang belum bijak dalam
menggunakan teknologi, khususnya gawai. Mereka yang ‘kekinian’ kebanyakan hanya
untuk mengumbar, memamerkan, atau menyombongkan sesuatu, dan mengikuti tren
semata. Padahal tugas orang dewasa yang semestinya sudah matang pola pikirnya
adalah mengawasi dan mengarahkan bagaimana anak-anak menggunakan teknologi dan
gawai. Bukan justru ikut-ikutan menjadi tidak terarah.
Jadi, pada
intinya saya mengajak diri sendiri dan teman-teman perempuan yang pada mulanya
memiliki pemikiran yang sama dengan saya yang apatis mengenai perkembangan
gawai dan teknologi, untuk berpikir ulang. Suatu saat nanti, atau justru sekarang
anda sudah menjadi orang tua, tidak ada salahnya kita mengikuti hal ‘kekinian’,
namun diluruskan lagi tujuannya. Sebagai calon ibu, dan ibu untuk anak-anak,
perempuan memang selalu dituntut untuk belajar dan berkembang. Kita pahami,
kita ketahui, bukan untuk mengikuti arus yang bergelombang tak tahu arah, namun
untuk memahami karakteristik gelombang dan mengarahkan dayung dengan tepat agar
tidak karam kapal kehidupan kita.
Lalu,
bagaimana dengan laki-laki? Ah, ego mereka terlalu tinggi. Semoga mereka pun
bisa paham.:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar