Rabu, 07 Maret 2018

Perempuan dan Perkembangan Gawai (Opini)

sumber: lifestyle-indonesia.com


Tanpa tahu bahwa hari ini adalah Hari Perempuan sedunia, tiba-tiba saja pagi tadi tercetus sebuah gagasan tentang ‘kenapa sebagai perempuan kita tidak boleh berhenti mengikuti zaman’. Google yang akhirnya memberi tahu saya di laman pertamanya bahwa hari ini adalah Hari Perempuan sedunia. Akhirnya saya tulis gagasan yang muncul tiba-tiba tadi.
Bermula dari refleksi diri sendiri yang selama ini selalu merasa tidak terlalu ingin mengikuti perkembangan zaman anak-anak remaja terkait sosial media serta kreativitas dan ‘kreativitas’ di dalamnya. Saya bedakan dua kreatifitas di sini. Salah satu adalah kreativitas yang baik, dan satu lainnya yaitu kreatifitas yang banyak dari mereka tidak menyadari dampak buruknya. Saya termasuk orang yang malas untuk meng-update aplikasi di posel pintar setiap ada pembaruan. Beda halnya dengan anak sekolah zaman sekarang yang selalu memantau ada perkembangan apa di jagat media sosial. Sebagai contoh, tiba-tiba saja instagram memiliki aplikasi yang memungkinkan kita untuk mengambil gambar bergerak namun bukan kategori video. Di mulai dari public figure internasional dan nasional yang sudah terverifikasi oleh instagram, demam gambar bergerak bernama boomerang mulai mewabah. Masyarakat, khususnya anak-anak pun mulai mencari dan mengikutinya demi kata ‘tren’. Tren boomerang masih cukup sederhana karena hanya mengandalkan ponsel pintar saja. Contoh selanjutnya yaitu tren vlog. Bisa jadi vlog ini adalah istilah pengembangan dari blog, namun kita mengisi konten laman pribadi bukan dengan tulisan selayaknya blog. Vlog berisi video-video yang memiliki tema-tema tertentu dan cukup asik untuk disimak selayaknya membaca blog. Tren vlog membutuhkan kecakapan yang lebih karena kebanyakan vlogger menggunakan kamera dan alat yang professional. Selain itu kemampuan gravis seperti mengedit video, membuat ilustrasi, maupun mengisi suara sebagai sound effect juga diperlukan. Anak-anak akan mulai meminta hal ini dan itu yang bagi orang seperti saya tidak akan tahu bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut.
Dilihat sekilas, hal seperti contoh tadi adalah hal baik dan mengundang kreativitas anak. Namun celakanya, bagi orang tua si anak yang hanya bisa membelikan barang keinginan anak tanpa tahu kegunaannya adalah, kita tak pernah tahu anak akan berbuat apa dengan alat-alat yang sudah dibelikan. Kenyataannya, banyak penyimpangan dimulai dari gawai, dan orang tua banyak yang tidak bisa memantau penggunaan gawai anak karena mereka tidak paham cara menggunakannya selain sebagai alat untuk menelpon, berkirip pesan, atau paling mutakhir untuk berselancar di internet (yang ini pun terbatas sekali).
Sesungguhnya terlalu acak saat saya memikirkan pengaruh gawai dan perkembangannya ini untuk anak mengingat saya sendiri belum menikah, apalagi memiliki anak. Masa sekarang ini lebih wajarnya saya memikirkan pengaruh gawai dan segala sosial media bagi diri sendiri. Maka, saya pun hanya menggunakan gawai sesuai kebutuhan, tidak perlu terlalu update. Di sinilah jebakan itu. Saat saya benar-benar memutus hubungan dengan hal ‘kekekinian’ maka bisa jadi suatu saat nanti saya tidak bisa mengikuti perkembangan dunia anak saya kelak. Bisa jadi saya menjadi lebih tertinggal dibandingkan orang tua zaman sekarang, karena kita tahu perkembangan teknologi akhir-akhir ini super cepat.
Lalu, sebenarnya kenapa selama ini saya terlalu apatis dengan perkembangan teknologi? Ya, sejujurnya karena orang dewasa pun banyak yang belum bijak dalam menggunakan teknologi, khususnya gawai. Mereka yang ‘kekinian’ kebanyakan hanya untuk mengumbar, memamerkan, atau menyombongkan sesuatu, dan mengikuti tren semata. Padahal tugas orang dewasa yang semestinya sudah matang pola pikirnya adalah mengawasi dan mengarahkan bagaimana anak-anak menggunakan teknologi dan gawai. Bukan justru ikut-ikutan menjadi tidak terarah.
Jadi, pada intinya saya mengajak diri sendiri dan teman-teman perempuan yang pada mulanya memiliki pemikiran yang sama dengan saya yang apatis mengenai perkembangan gawai dan teknologi, untuk berpikir ulang. Suatu saat nanti, atau justru sekarang anda sudah menjadi orang tua, tidak ada salahnya kita mengikuti hal ‘kekinian’, namun diluruskan lagi tujuannya. Sebagai calon ibu, dan ibu untuk anak-anak, perempuan memang selalu dituntut untuk belajar dan berkembang. Kita pahami, kita ketahui, bukan untuk mengikuti arus yang bergelombang tak tahu arah, namun untuk memahami karakteristik gelombang dan mengarahkan dayung dengan tepat agar tidak karam kapal kehidupan kita.
Lalu, bagaimana dengan laki-laki? Ah, ego mereka terlalu tinggi. Semoga mereka pun bisa paham.:D