Jumat, 27 Juli 2018

Merela [Puisi]

doc. belasuryani


Untuk kamu yang pernah singgah
di beranda kala hujan
Teduh matamu redakan
gigilku
Walau sekejap
Ku tahu ini hanya sementara
walau ku ingin selamanya

Kulepas kau dengan gerimis
yang masih menggantung di mata
semoga kau selamat sampai rumah
Tempat tersaji pelukan hangat
dan secangkir kemesraan

... Aku lekas berkemas
menjemput rumah

2018

Senin, 25 Juni 2018

Brush Cleansing without Eggbrush Silicone (Membersihkan Brush tanpa menggunakan Silikon Eggbrush)

Hallo, \^^
Selamat datang.
Kali ini sepertinya aku akan mengisi blog ini dengan hal yang berbeda. Ya, sudah lama aku tidak menulis puisi, cerita, atau ulasan lain yang berbau sastra. Menulis puisi hanya kadang-kadang dan tidak dipost di sini. Tapi, pada dasarnya aku membuat blog saat aku ingin menulis tentang apapun.

Sebenarnya sudah lama aku tertarik dunia make up, terlebih make up karakter, semenjak aku ikut bergabung di teater kampus. Tapi karena sekarang sudah lulus (alhamdulillah akhirnya), jadi belajar make up sekarang hanya untuk diri sendiri saja. Dan akhir-akhir ini aku mulai tertarik dengan skin care juga karena menyadari bahwa kulit itu yang utama harus sehat, enggak cuma di dempul pakai bedak dan segala macamnya (secara usia sudah mau lepas dari angka 25, hiks). Intinya sekarang aku, dan mengajak kalian untuk mulai aware terhadap kesehatan kulit sedini mungkin. Nah, bagian skin care dan make up ini mungkin bisa aku bahas lain kali ya (kalau lagi inget dan mood, hahaha).

Kali ini yang mau aku bahas adalah tip-tip untuk membersihkan brush dan sponge yang kita punyai. Aku yakin cewek yang tampilannya sebodo amat pun sekarang tetap punya alat perang ini, minimal sponge bawaan dari bedak. Enggak perlu punya banyak dulu baru kita perhatian dengan benda 'tlemik-tlemik' ini. Yang jelas perhatian kita ke benda 'tlemik-tlemik' ini demi kesehatan kulit wajah kita juga kok. Lho, apa hubungannya? Enggak mau kan wajah kita langsung berjerawat setelah pakai make up menggunakan brush dan sponge yang nggak bersih? Iya, peralatan make up kita tuh sebenarnya sumber bakteri. Hahaha.

Mungkin sudah banyak yang berbagi tip tentang membersihkan brush ini, apalagi sekarang ada yang namanya eggbrush yang praktis dan membantu untuk membersihkan mereka-mereka. Tapi, tip yang mau aku bagi adalah ketika kita malas beli (seperti dirikuuu) atau enggak punya eggbrush. Tetep! Tetep harus bersihin kuas-kuas itu lho ya.

Yoook cus aja lah ya ini langkah-langkah yang biasa aku lakukan .....


  1. Persiapkan wadah, shampoo, dan tentu saja brushes dan sponge yang mau dibersihkan. (maaf shampoonya lupa enggak di foto, tapi bisa pakai shampoo rambut merek apapun kok)
     
  2. Membersihkan sisa make up menggunakan air shampoo. Tuangkan air hangat ke wadah dan dua sampai tiga tetes shampoo, kemudian rendam semua alat perang ke dalam air. Kenapa air hangat? Menurut aku air hangat akan membantu melunturkan sisa-sisa make up yang menempel di kuas dan sponge dengan lebih cepat. Ingat! Hangat saja, bukan panas. Kalau terlalu panas nanti bisa merusak brush kita tercinta. Nah, di langkah ini, janga lupa untuk menggosok-gosokkan kuas ke dasar wadah atau ke kapas untuk membantu mengangkat sisa-sisa make up. Nah, ini hasilnya. 
     
  3. Ulangi langkah sebelumnya. Langkah membersihkan brush di air shampoo ini bisa jadi tidak hanya sekali dilakukan. Kita bisa melakukannya dua sampai tiga kali sampai benar-benar besih (sampai air tidak sepekat gambar sebelumnya). Kalau sisa make up di sponge lebih susah dibersihkan, kita bisa membersihkannya secara terpisah dengan memeras sponge di air mengalir.Selanjutnya keringkan brush dan sponge di kapas atau tissu agar air dengan sisa make up sudah tidak menempel di brush.
     
  4. Bilas dengan air dan micellar water. Ganti air shampoo dengan air dan micellar water. Karena sebagai bilasan terakhir, maka air yang aku pakai lebih banyak dari sebelumnya. selain itu aku menambahkan lima tetes atau lebih micellar water. Kenapa? Dulu sebelum ada micellar water sih dibilas pakai air yang banyak. Tapi karena sekarang ada terobosan baru, aku pakailah si air ajaib itu. Iya, karena pada dasarnya kan micellar water untuk membersihkan atau mengangkat make up. Nah, siapa tau masih ada sisa make up di kuas yang masih bisa terangkat oleh micell ini. Kalau sudah selesai, lalu keringkan menggunakan tissu atau handuk kecil, dan taruh di sebuah wadah lain agar tidak tercecer. Alasi wadah dengan tissu atau handuk kecil juga ya. Next ... 
     
  5.  Angin-anginkan. Ya, langkah terakhir hanya kita angin-anginkan saja kuas-kuas ini. Agar lebih cepat kering, aku angin-anginkan kuas ini di bawah kipas angin semalaman. Dan taraaaa.... besok pagi kuas-kuas bersih ini sudah bisa digunakan kembali. 

Yaps begitu saja, simple kan. Aku biasanya melakukan ini saat santai dan bingung mau ngapain. Hahaha. Bersihin brush ini kalau bisa sering-sering ya. Kalau brush dipakai sendiri ya sebulan sekali masih dimaafkan. Tapi kalau buat tukang rias, kamu harus harus dan wajib mencucinya setiap selesai digunakan karena kan konsumen kamu berbeda-beda. Enggak mau kan konsumen komplain gara-gara bau sponge yang kamu pakai udah apek atau mereka jadi berjerawat setelahnya?

Terima kasih bagi yang sudah membaca. By the way, aku belum tahu ya konten seperti ini akan rutin atau tidak di sini. Kalau ditanya kok enggak bikin vlog aja?, kan lebih enak dengerin daripada baca. Ya aku sih masih hanya sebatas melakukan apa yang aku inginkan dulu. Lagi pengin nulis di instagram ya nulis di sana, lagi pengin nulis di blog ya ke sini, pengin buat video ala kadarnya ya bikin aja. Belum terencana sih, so boleh lah dilirik instagram aku juga  @belasuryani :)

Sekian,
Salam cantek dan sehat. Mwuah.
^^

Kamis, 19 April 2018

Dermaga yang Sunyi [Puisi]

pioneerphotography.com



Suaranya berderu saat lepas jangkar. 
bila saja ia toleh sedikit,
leleh mata dermaga akan tampak nyata jika bukan kabut yang menutupinya.
Ia terus, terus, dan terus masuk ke lautan yang lebih luas.

Bagi Dermaga,
kini hanya bayangan punggungnya yang tersisa di balik kabut.
Dilepasnya gelisah bersama embusan angin,
berharap dibawa ke antah berantah.
Sampai seribu purnama,
Dermaga yang sunyi berjanji takkan goyah pasaknya meski pasang dan surut tiada henti.
Bertanya ia pada kabut,
"kau bawakan bayangnya?" |
Dan kali ke seribu kabut menjawab
"Tak pernah ku temukan bayangnya, bahkan sampai palung terdalam sekalipun" |

Hari ini tepat purnama ke seribu satu.
Telah lunas janji Dermaga.
Satu persatu pasaknya rubuh.
"Sudah habis purnamaku,
namun bayanganmu tak pernah lagi ku temukan berdenyut
di air atau di langit. Kabut pun tak bisa menemukanmu.
Tunai sudah janjiku,"
begitu ucap Dermaga
sebelum jatuh dan hancur berkeping dihantam ombak.

Rabu, 07 Maret 2018

Perempuan dan Perkembangan Gawai (Opini)

sumber: lifestyle-indonesia.com


Tanpa tahu bahwa hari ini adalah Hari Perempuan sedunia, tiba-tiba saja pagi tadi tercetus sebuah gagasan tentang ‘kenapa sebagai perempuan kita tidak boleh berhenti mengikuti zaman’. Google yang akhirnya memberi tahu saya di laman pertamanya bahwa hari ini adalah Hari Perempuan sedunia. Akhirnya saya tulis gagasan yang muncul tiba-tiba tadi.
Bermula dari refleksi diri sendiri yang selama ini selalu merasa tidak terlalu ingin mengikuti perkembangan zaman anak-anak remaja terkait sosial media serta kreativitas dan ‘kreativitas’ di dalamnya. Saya bedakan dua kreatifitas di sini. Salah satu adalah kreativitas yang baik, dan satu lainnya yaitu kreatifitas yang banyak dari mereka tidak menyadari dampak buruknya. Saya termasuk orang yang malas untuk meng-update aplikasi di posel pintar setiap ada pembaruan. Beda halnya dengan anak sekolah zaman sekarang yang selalu memantau ada perkembangan apa di jagat media sosial. Sebagai contoh, tiba-tiba saja instagram memiliki aplikasi yang memungkinkan kita untuk mengambil gambar bergerak namun bukan kategori video. Di mulai dari public figure internasional dan nasional yang sudah terverifikasi oleh instagram, demam gambar bergerak bernama boomerang mulai mewabah. Masyarakat, khususnya anak-anak pun mulai mencari dan mengikutinya demi kata ‘tren’. Tren boomerang masih cukup sederhana karena hanya mengandalkan ponsel pintar saja. Contoh selanjutnya yaitu tren vlog. Bisa jadi vlog ini adalah istilah pengembangan dari blog, namun kita mengisi konten laman pribadi bukan dengan tulisan selayaknya blog. Vlog berisi video-video yang memiliki tema-tema tertentu dan cukup asik untuk disimak selayaknya membaca blog. Tren vlog membutuhkan kecakapan yang lebih karena kebanyakan vlogger menggunakan kamera dan alat yang professional. Selain itu kemampuan gravis seperti mengedit video, membuat ilustrasi, maupun mengisi suara sebagai sound effect juga diperlukan. Anak-anak akan mulai meminta hal ini dan itu yang bagi orang seperti saya tidak akan tahu bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut.
Dilihat sekilas, hal seperti contoh tadi adalah hal baik dan mengundang kreativitas anak. Namun celakanya, bagi orang tua si anak yang hanya bisa membelikan barang keinginan anak tanpa tahu kegunaannya adalah, kita tak pernah tahu anak akan berbuat apa dengan alat-alat yang sudah dibelikan. Kenyataannya, banyak penyimpangan dimulai dari gawai, dan orang tua banyak yang tidak bisa memantau penggunaan gawai anak karena mereka tidak paham cara menggunakannya selain sebagai alat untuk menelpon, berkirip pesan, atau paling mutakhir untuk berselancar di internet (yang ini pun terbatas sekali).
Sesungguhnya terlalu acak saat saya memikirkan pengaruh gawai dan perkembangannya ini untuk anak mengingat saya sendiri belum menikah, apalagi memiliki anak. Masa sekarang ini lebih wajarnya saya memikirkan pengaruh gawai dan segala sosial media bagi diri sendiri. Maka, saya pun hanya menggunakan gawai sesuai kebutuhan, tidak perlu terlalu update. Di sinilah jebakan itu. Saat saya benar-benar memutus hubungan dengan hal ‘kekekinian’ maka bisa jadi suatu saat nanti saya tidak bisa mengikuti perkembangan dunia anak saya kelak. Bisa jadi saya menjadi lebih tertinggal dibandingkan orang tua zaman sekarang, karena kita tahu perkembangan teknologi akhir-akhir ini super cepat.
Lalu, sebenarnya kenapa selama ini saya terlalu apatis dengan perkembangan teknologi? Ya, sejujurnya karena orang dewasa pun banyak yang belum bijak dalam menggunakan teknologi, khususnya gawai. Mereka yang ‘kekinian’ kebanyakan hanya untuk mengumbar, memamerkan, atau menyombongkan sesuatu, dan mengikuti tren semata. Padahal tugas orang dewasa yang semestinya sudah matang pola pikirnya adalah mengawasi dan mengarahkan bagaimana anak-anak menggunakan teknologi dan gawai. Bukan justru ikut-ikutan menjadi tidak terarah.
Jadi, pada intinya saya mengajak diri sendiri dan teman-teman perempuan yang pada mulanya memiliki pemikiran yang sama dengan saya yang apatis mengenai perkembangan gawai dan teknologi, untuk berpikir ulang. Suatu saat nanti, atau justru sekarang anda sudah menjadi orang tua, tidak ada salahnya kita mengikuti hal ‘kekinian’, namun diluruskan lagi tujuannya. Sebagai calon ibu, dan ibu untuk anak-anak, perempuan memang selalu dituntut untuk belajar dan berkembang. Kita pahami, kita ketahui, bukan untuk mengikuti arus yang bergelombang tak tahu arah, namun untuk memahami karakteristik gelombang dan mengarahkan dayung dengan tepat agar tidak karam kapal kehidupan kita.
Lalu, bagaimana dengan laki-laki? Ah, ego mereka terlalu tinggi. Semoga mereka pun bisa paham.:D